Oleh: Yohanes Olak Langodai, S.Pd
(Mantan Guru Penggerak Daerah Terpencil (GPDT) Mappi, Papua Selatan)
OPINI – Perkembangan suatu bangsa dapat diukur dari perkembangan literasi dalam bangsa itu sendiri. Bangsa yang maju sudah barang tentu maju pula literasinya. Literasi telah menjadi sebuah proses dan upaya memajukan bangsa dengan demikian Literasi akan tumbuh dan berkembang bersama bangsa itu sendiri.
Budaya literasi perlu diwujudkan dalam setiap bangsa. Literasi yang membudaya akan menjadi tonggak perkembangan sumber daya manusia. Sumber daya manusia yang handal akan menjadi kekuatan bangsa yang mandiri.
Mewujudkan budaya literasi perlu dilakukan oleh setiap orang dengan kapasitasnya masing-masing.
Presiden telah terlebih dahulu merehabilitasi Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (Perpunas RI) menjadi Perpustakaan tertinggi di dunia dengan maksud untuk meningkatkan minat baca warga Negara Indonesia.
Najwa Shihab sebagai duta baca indonesia telah sedang mengkampanyekan membaca untuk menumbuhkan minat baca warga Indonesia. Memang tak bisa dipungkiri minat baca menjadi fondasi utama untuk membudayakan Literasi.
Minat baca yang menjadi fondasi utama dalam membudayakan Literasi perlu didukung dengan kemampuan membaca yang mumpuni. Kemampuan membaca yang mumpuni menjadi tugas para guru dalam memberikan pelayanannya di pedalaman Papua. Para guru dituntut untuk memberikan kemampuan calistung kepada siswa-siswanya. Hal ini bisa kita lihat di belahan Papua bagian Selatan.
Asmat bekerja sama dengan Universitas Sebelas Maret Solo mendatangkan para guru professional, Mappi bekerjasama dengan UGM Jogjakarta dalam Program GPDT (Guru Penggerak Daerah Terpencil) juga mendatangkan para guru profesional untuk mengajar Calistung kepada anak-anak bangsa. Ini adalah peluang yang perlu ditangkap oleh para pegiat Literasi. Anak-anak inilah yang akan menjadi generasi melek Literasi.
Budaya Literasi akan tercipta jika anak-anak bangsa memiliki minat baca yang tinggi, anak-anak bangsa memiliki keterampilan belajar yang baik sehingga akan menciptakan masyarakat belajar. Masyarakat gemar belajar adalah masyarakat yang telah membudayakan Literasi.
Di tanah Papua banyak pihak yang sedang berupaya menggiatkan Literasi, tak terkecuali di bagian pedalaman. Di pedalaman Mappi misalnya, ada kelompok GPDT yang menggalakan perpustakaan keliling, ada guru di sela-sela kegiatan mengajar masih dapat menumbuhkan minat baca anak-anak dengan mendirikan Taman Bacaan Masyarakat (TBM). Apresiasi patut diberikan kepada mereka.
Namun, untuk mewujudkan budaya literasi apalagi memartabatkan budaya literasi di tanah Papua merupakan suatu proses yang panjang. Suatu proses yang perlu perencanaan yang komprehensif. Papua masih sangat tertinggal dari segala ranah jika dibandingkan dengan daerah lain di NKRI ini. Budaya Literasi sendiri bahkan masih stagnan pada kemampuan membaca.
Keinginan, harapan dan cita-cita luhur dalam membudayakan Literasi di tanah papua pertama-tama harus dimulai dengan memberantas buta aksara dan buta angka terlebih dahulu.
Pendidikan baik formal dalam hal ini Sekolah maupun non-formal dalam hal ini TBM maupun PKBM menjadi garda terdepan dalam memberantas buta aksara dan buta angka di tanah papua.
Yang kedua, tumbuhkan semangat baca anak-anak bangsa dengan memberikan pelayanan maksimal di perpustakaan sekolah maupun di TBM penguatan minat baca. Permudah aksebilitas sumber belajar (buku) kepada anak-anak sehingga kapan saja keinginan membaca itu muncul selalu saja terpenuhi.
Yang ketiga, berikan kemampuan keterampilan belajar kepada anak-anak. Keterampilan belajar ini memungkinkan anak-anak untuk mengetahui apa yang perlu dipelajari, bagaimana mempelajarinya dan kapan mempelajarinya. Dengan demikian maka akan terwujud masyarakat gemar belajar, masyarakat Literasi.
Budaya literasi akan terwujud ketika 3 hal diatas dilaksanakan dengan baik. Ketika masyarakat telah gemar belajar, masyarakat yang tidak terlepas dari Literasi, maka akan terbentuk sebuah tatanan masyrakat baru, sebuah kebudayaan baru yaitu Budaya Literasi. Literasi, dengan menjadi sebuah budaya maka akan sangat sulit dipisahkan dari kehidupan masyarakat itu sendiri.
Masyarakat yang telah hidup dengan budaya literasi secara otomatis akan mampu memartabatkan Budaya Literasi di dalam kehidupannya. Budaya Literasi akan tetap dijaga dan dilestarikan dengan 3 langkah di atas.
Untuk mewujudkan budaya literasi yang bermartabat di tanah Papua perlu mendapat dukungan dan perhatian dari pemerintah Papua. Pemerintah Papua perlu mendatangkan Guru Profesional untuk memberantas angka buta aksara dan buta angka bahkan sampai pada Desa paling terpelosok di tanah Papua terlebih dahulu, kemudian dilanjutkan dengan mendirikan TBM penguatan minat baca di setiap Desa.
Yang terakhir menjadi pekerjaan yang sukar yaitu memberikan keterampilan belajar kepada setiap masyarakat Papua. Pemerintah Papua setidaknya perlu mendatangkan pengelola TBM penguatan minat baca yang memiliki keahlian dalam mengelola sumber belajar (teknisi sumber belajar).
Sarjana Teknologi Pendidikan sangat direkomendasikan. Sarjana Teknologi Pendidikan mempunyai keahlian mengkoordinasi kegiatan dan sumber belajar. Pengelola TBM penguatan minat baca ini diharapkan mampu memberikan keterampilan belajar kepada masyarakat Papua sehingga terbentuknya masyarakat gemar belajar, masyarakat literasi yang bermartabat di tanah Papua.
Catatan:
Tulisan ini telah tayang pada Media FloresEditorial.com dan telah mendapatkan persetujuan dari penulis untuk ditayangkan kembali pada media ini.