Oleh: Richard Arthur Tutu
(Ketua Cabang GMKI Timika)
OPINI – Tinggal beberapa hari lagi umat kristiani akan merayakan Natal, dan perayaan natal tahun ini sedikit berbeda dengan perayaan-perayaan sebelumnya, karena bersamaan dengan sebuah pesta akbar menuju pemilihan umum (PEMILU) 2024.
Natal itu identik dengan pohon natal/pohon terang, santa clause dan warna-warni kemilau lampu yang menghiasi dan menerangi setiap lorong-lorong jalan, namun perayaan Natal 2023 ini dipenuhi oleh poster/billboard/baliho para calon presiden dan calon wakil rakyat dengan janji-janji politiknya.
Natal merupakan perayaan sukacita karena kasih Allah berkenan menjumpai seluruh ciptaan-Nya dalam peristiwa kelahiran Yesus Kristus. Natal mengajak kita semua untuk masuk dalam karya penyelamatan Allah, karena lewat kelahiran Yesus akan memberi harapan.
Menurut Otto Gusti Madung, peristiwa Natal adalah momen memperingati kelahiran seorang bayi yang kehadiran-Nya ditolak negara. Umat Kristen dalam cahaya iman memandang-Nya sebagai putra Allah. Tapi, sejak awal kehadiran di tengah dunia, Yesus dianggap sebagai ancaman bagi para penguasa politik, ekonomi, dan agama.
Natal menurut Bapak Plurarisme Indonesia, KH. Abdurrahman Wahid atau yang biasa disapa Gus Dur “Mestinya yang merayakan hari Natal bukan hanya umat Kristiani, melainkan juga seluruh umat manusia. Sebab, Yesus Kristus adalah Juruselamat seluruh umat manusia, bukan Juruselamat umat Kristiani saja” (Sambutan Gus Dur dalam perayaan Natal bersama di Balai Sidang Senayan Jakarta, 27 Desember 1999).
Momen natal tahun ini adalah momen bersejarah dan bermakna bagi bangsa Indonesia. Bersejarah karena bersmaan dengan masa kampanye Pemilu 2024. Bermakna karena kelahiran Yesus memberi insprasi dan harapan yang besar bagi kita semua untuk terlibat dalam memilih calon pemimpin bangsa dan wakil rakyat yang bisa membawa kemajuan bagi bangsa dan daerah masing-masing.
Sebagaimana tema natal 2023 oleh Persekutuan Gereja-Gejera Indonesia (PGI) dan Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) bertemakan “Kemuliaan bagi Allah dan Damai Sejahtera di Bumi”, berdasarkan Lukas 2:14.
Tema ini bukan hanya sebuah narasi semata, tetapi sebuah panggilan untuk merenungkan dan menggambarkan esensi Natal itu sesungguhnya yang membawa pesan perdamaian, kegembiraan, sukacita, dan kebaikan kepada semua orang.
Seharusnya juga momen pesta demokrasi 2024 harus menjadi sebuah momen panggilan untuk merenung dan menggambarkan bahwa pesta demokrasi sesungguhnya itu yang membawa kegembiraan, sukacita dan kedamaian yang merekatkan persatuan dan kesatuan.
Sebagaimana yang disampaikan oleh PGI-KWI bahwa pesta demokrasi 2024 selain membawa kegembiraan bagi pihak yang menang, disisi lain juga akan menyisakan dampak negatif dan perpecahan sosial yang berkepanjangan di masyarakat. Hal inilah yang harus menjadi refleksi dan menjadi pedoman untuk mengikat komitmen kebangsaan kita melalui makna Natal.
Pesta demokrasi 2024 harus menjadi sebuah pesta yang mengagumkan bagi semua bangsa indonesia, bukan sebuah pesta hanya kalangan tertentu saja, namum semua orang harus merasakan dampak dari sebuah pesta yang dipenuhi dengan kegembiraan bersama, dan harus jadi ruang untuk menyatukan perbedaan, sebagaimana makna natal itu sesungguhnya bahwa kehadiran Yesus untuk seluruh umat manusia yang akan menjadi terang dan memberi harapan bagi kita semua.
Semoga perayaan Natal dan momen pemilu ini para calon pemimpin bangsa dan calon wakil rakyat tidak ada yang menjadi layaknya seorang santa clause yang berkeliling mencari dan mengunjungi anak-anak kecil untuk diberikan kado natal dengan menebar janji-janji manis. Akan tetapi pemilu ini sebagai ajang untuk menampung aspirasi masyarakat yang akan diimplementasikan nanti jika terpilih lewat bukti nyata yang akan dirasakan oleh masyarakat, sebagaimana kehadiran Yesus menjadi bukti nyata yang dapat dirasakan oleh kita semua.
Perayaan Natal yang berjalan beriringan dengan pesta demokrasi 2024 mestinya mendorong kita semua untuk semakin peduli, kritis, dan berani menolak berbagai bentuk politik identitas, politik uang dan politik kekuasaan yang menghalalkan segala cara termasuk mengorbankan rakyat.
Semangat natal harusnya menggerakan kita semua untuk terlibat secara aktif dalam menata dan mengawal dengan bijaksana pesta demokrasi 2024 demi mewujudkan kesejahteraan bersama. Oleh karena itu kita mestinya mendukung perjuangan politik yang mengutamakan keadilan sosial bagi seluruh rakyat, sebagaimana kelahiran Yesus sebagai juruselamat umat manusia.
Semoga lewat perayaan Natal dan menyambut pesta demokrasi 2024 ini kita semua merasakan kasih Allah yang selalu menyertai hidup kita. Oleh karena itu, mari kita terus memuliakan Allah lewat upaya-upaya baik untuk mewujudkan damai sejahtera di tengah kehidupan keluarga, masyarakat dan bangsa.
Selamat Natal, 25 Desember 2023 dan selamat menyambut Tahun Baru, 1 Januari 2024 dengan penuh kegembiraan, sukacita dan damai sejahtera. Tuhan Yesus memberkati.