Berfokus Pada Perubahan Perilaku Masyarakat, WVI Latih dan Tingkatkan Kapasitas Agen Perubahan Mimika dan Asmat

Foto bersama Asisten II Setda Mimika, Narasumber, Perwakilan Agen Perubahan Lokal dari Mimika dan Asmat. Foto: Theresia/BRP
Foto bersama Asisten II Setda Mimika, Narasumber, Perwakilan Agen Perubahan Lokal dari Mimika dan Asmat. Foto: Theresia/BRP

MIMIKA – Persoalan stunting bukan hanya berkaitan dengan akses pangan bergizi dan akses sanitasi yang baik, tetapi juga berkaitan dengan perilaku masyarakat dalam menghadapi persoalan stunting dan proses pencegahannya.

Melihat pentingnya perilaku masyarakat dalam mengintervensi percepatan penurunan stunting, Wahana Visi Indonesia (WVI) bersinergi dengan Pemerintah Daerah untuk menggelar pelatihan peningkatan kapasitas kader “Agen Perubahan” Mimika dan Asmat.

Pelatihan tersebut digelar di Hotel Swiss-Belinn, Jalan Cenderawasih, Kabupaten Mimika. Dan berlangsung selama empat hari, dari Kamis (30/1/2025) sampai dengan Minggu (2/2/2025).

Agen perubahan yang akan dilibatkan adalah dari tenaga kesehatan, tokoh agama, tokoh adat, tokoh masyarakat, hingga remaja. Dengan komunikasi kelompok dan individual untuk memainkan peran penting dalam mempromosikan perilaku gizi yang positif.

Adapun Asisten II Setda Mimika, Frans Kambu menyebutkan, sebagaimana tertuang dalam Perpres 72 tahun 2021, peningkatan komunikasi perubahan perilaku dan pemberdayaan masyarakat merupakan pilar kedua dalam percepatan penurunan stunting.

Bacaan Lainnya

Menurut Frans, dengan komunikasi perubahan perilaku dapat menyelesaikan permasalahan kesehatan di daerah tersebut. Karena di dalam perilaku masyarakat, ada pola konsumsi makanan bergizi seimbang, hidup bersih dan sehat, serta pola pengasuhan dan stimulasi.

“Komunikasi perubahan perilaku membangun lingkungan pendukung yang memungkinkan individu dan masyarakat untuk berinisiatif, mempraktikkan, dan mempertahankan perilaku positif, sehingga program percepatan penurunan stunting yang dilaksanakan dapat berjalan efektif dan efisien sesuai harapan,” Jelas Frans.

Oleh karena itu, dibutuhkan agen perubahan untuk dapat melakukan komunikasi ke masyarakat terkait pesan pesan kunci terkait stunting sesuai konteks lokal (daerah).

Sementara itu, Senior Manager Program PASTI-Papua WVI, Julia Christine Sagala, menyebutkan bahwa salah satu pendekatan yang dilakukan dalam proyek PASTI-Papua, yaitu mengidentifikasi Agen Perubahan Lokal di kampung-kampung yang didampingi.

“Di Kabupaten Mimika kita mendampingi 10 kampung dan 1 kelurahan, di Kabupaten Asmat kita mendampingi 4 kampung,” Ungkap Julia.

Menurutnya, dengan mengidentifikasi agen perubahan lokal yang memang berkomitmen untuk mempromosikan kesehatan terkait stunting, yang bisa dipercaya oleh masyarakat, mempunyai komunikasi yang baik, kemudian dikapasitasi dengan informasi yang benar tentang stunting, pencegahannya, dan kesetaraan gender. Mereka  akan membantu dalam menyampaikan terkait stunting kepada masyarakat lokal.

Julia juga berharap, dengan pelatihan ini, Agen Perubahan juga dapat melakukan advokasi dengan pemerintah daerah dari kampung sampai ke level Kabupaten.